Geomorfologi
merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai
akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya
material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi,
pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk
ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada
permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan pada kerak bumi.
Konsep-konsep
dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis
menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu
struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur
yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi
(lihat Gambar 1). Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang
dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan.
Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan-tahapan mulai dari tahapan
muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age), lihat Gambar 2.
Pada tahapan
muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap dewasa
perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainase dengan jumlah panjang dan
kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses
selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang
mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian
muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses
(tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering
disebut sebagai Siklus Geomorfik.
Gambar 1. Sketsa yang
memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi akibat struktur geologi pada batuan
dasarnya.
Gambar 2. Sketsa yang
memperlihatkan perkembangan (tahapan) permukaan bumi (landform). Dari (A s/d D) memperlihatkan tahapan geomorfik muda
sampai dengan tua.
Selanjutnya
dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme,
uniformiaterianisme, dan evolusi.
ñ Katastrofisme
merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi terjadi secara
mendadak, contohnya letusan gunung api.
ñ Uniformitarianisme
sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan morfologi cukup berjalan
sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang
sekarang, bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga
terjadi pada masa sekarang, dan seterusnya (James Hutton dan John
Playfair, 1802).
ñ Evolusi
cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan perlahan-lahan
membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.
1. Proses-Proses Geomorfik
Proses-proses
geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat
proses-proses perubahan muka bumi. Secara umum proses-proses geomorfik tersebut
adalah sebagai berikut :
a.
Proses-proses epigen (eksogenetik) :
ñ Degradasi
; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk
transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin,
dan glasier.
ñ Aggradasi
; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk
transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin,
dan glasier.
ñ Akibat
organisme (termasuk manusia)
b. Proses-proses hipogen (endogenetik)
ñ Diastrophisme
(tektonisme)
ñ Vulkanisme
c. Proses-proses ekstraterrestrial,
misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.
1.1 Proses
Gradasional
Istilah
gradasi (gradation) awalnya digunakan
oleh Chamberin dan Solisbury (1904) yaitu semua proses dimana menjadikan
permukaan litosfir menjadi level yang baru. Kemudian gradasi tersebut dibagi
menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih rendah) dan
agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi).
Tiga
proses utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :
ñ Pelapukan,
dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat, terjadi
di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis. Dalam proses ini belum
termasuk transportasi.
ñ Perpindahan
massa (mass wasting), dapat berupa
perpindahan (bulk transfer) suatu
massa batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek
dari air mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media
transportasi.
ñ Erosi,
merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan. Oleh
suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi
sebagai bagian dari proses transportasi.
Secara
umum, series (bagian/tahapan) proses
gradisional sebagai berikut landslides (dicirikan oleh hadirnya sedikit air,
dan perpindahan massa yang besar), earthflow (aliran batuan/tanah), mudflows
(aliran berupa lumpur), sheetfloods, slopewash, dan stream (dicirikan oleh
jumlah air yang banyak dan perpindahan massa pada ukuran halus dengan slope yang kecil).
a. Pelapukan
batuan
Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan
manjadi klastis dan akan tekikis oleh
gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh banyak proses destruktif, antara
lain :
ñ Proses
fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan;
kerja tumbuh-tumbuhan dan binatang , serta proses-proses desintegrasi mekanik
lainnya
ñ Proses-proses
kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi, hidrasi, karbonan,
serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini banyak didorong oleh
suhu dan kelembaban yang tinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan dan
binatang).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelapukan antara lain :
ñ jenis
batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan
ñ kondisi
iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan atau
berubah-ubah.
ñ kehadiran
dan kelebatan vegetasi
ñ kemiringan
medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan.
Proses pelapukan berlangsung secara differential weathering (proses pelapukan dengan perbedaan
intensitas yang disebabkan oleh perbedaan kekerasan, jenis, dan struktur
batuan). Hal tersebut menghasilkan bentuk-bentuk morfologi yang khas seperti:
ñ bongkah-bongkah
desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang memperlihatkan retakan-retakan
atau kekar-kekar),
ñ stone lattice (perbedaan kekerasan
lapisan batuan sedimen yang membentuknya), mushroom
(berbentuk jamur),
ñ demoiselles (tiang-tiang tanah dengan
bongkah-bongkah penutup),
ñ talus
(akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal),
ñ exfoliation domes (berbentuk bukit dari
batuan masif yang homogen, dan mengelupas dalam lapisan-lapisan atau
serpihan-serpihan melengkung).
Pada
Gambar 3 dapat dilihat kenampakan talus dan exfoliation
domes.
Gambar 3. (a).
Kenampakan bentuk talus, (b). Suatu exfolation
domes
b. Perpindahan
massa (mass wasting)
Gerakan tanah sering
terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris (material hasil
pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya. Gerakan tanah dapat
berjalan sangat lambat hingga cepat. Menurut oleh Sharpe (1938) kondisi-kondisi
yang menyebabkan terjadinya perpindahan masa adalah :
ñ Faktor-faktor
pasif
-
faktor litologi : tergantung pada
kekompakan/rapuh material
-
faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan
batuan dan kekuatan (kerapuhan), atau permeabel-impermeabelnya lapisan
-
faktor struktural : kerapatan joint, sesar,
bidang geser-foliasi
-
faktor topografi : slope dan dinding (tebing)
-
faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan
-
faktor organik : vegetasi
ñ Faktor-faktor
aktif
-
proses perombakan
-
pengikisan lereng oleh aliran air
-
tingkat pelarutan oleh air atau pengisian
retakan
Diastromisme
dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen atau endapan karena gaya
yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah) kerak bumi. Proses-proses
diastropik dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
ñ orogenik
(pembentukkan pegunungan)
ñ epirogenik
(proses pengangkatan secara regional).
Vulkanisme
termasuk pergerakan dari larutan batuan (magma) yang menerobos ke permukaan
bumi. Akibat dari pergerakan (atau penerobosan) magma tersebut akan memberikan
kenampakan yang muncul di permukaan berupa badan-badan intrusi, atau berupa deomal folds (lipatan berbentuk dome)
akibat terobosan massa batuan tersebut), sehingga perlapisan pada batuan di
atasnya menjadi tidak tampak lagi atau telah terubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar